Kenapa Kembali?


Kenapa gue tiba-tiba nulis lagi sih?

Gue gak percaya ada orang rantau yang gak pernah home sick.
Gue gak percaya seseorang pergi jauh terus gak pernah kepikiran buat balik ke tempat asal, ke rumah. Seperih apapun, sejahat apapun masa lalu seseorang pasti butuh kembali, butuh pulang.

Seseorang boleh punya karir cemerlang, hidup menyenangkan, atau mungkin kegagalan besar, luka paling bernanah sekalipun di luar sana, tapi gua yakin mereka tetap butuh pulang, butuh tempat untuk meluruskan kaki-kakinya dari perjalanan yang melelahkan, dari apa saja yang membuat hidupnya gemerlap, begitu dipandang dan dielu-elukan, semua orang butuh rumah, tempat mereka jadi orang paling istimewa sekaligus biasa saja.

Semua orang butuh pulang,


haduuuh serem amat kaya pesan kematian briedgingnya~

Sebenernya gue mau cerita tentang alasan kenapa harus kembali lagi menulis di blog ini. Sekadar ingin mengabadikan moment dua tahun yang telah lewat bersama orang-orang menyenangkan, di rumah yang tak kalah menyenangkan, tempat gue menemukan makna pulang.




Tepat di penghujung Januari lalu, gue resmi meninggalkan RDK FM radio kampus tempat gua belajar banyak dan bertemu orang banyak yang dengan lumayan sadar gue mendaftarkan diri sejak semester satu lalu. Melepas jaket tugas sebagai penyiar, reporter, dan redaktur blog dalam sehari membuat air mata gua tumpah. Kali ini jatuhnya bukan karena luka sayat, dengkul berdarah-darah atau penyesalan akibat lagi-lagi harus falling in love with people i can't have.

NO

Kali ini setiap tetes air mata yang jatuh mengulang lagi cerita dua tahun ke belakang, saat gue niat nemenin Naila buat ikutan Radio kampus yang membuat gue terjebak mengisi formulir yang sama, pendidikan hari pertama gua datang terlambat basah kuyup kehujanan, sekelebat bayangan buram saat gua mengalungkan id card tanda keanggotaan, tumpukan kardus, pulpen yang diikat berhimpit, tanah kasar tepat gua dan teman-teman pushup, magang siaran, bundaran HI, persimpangan BSD, dan genangan air coklat dari empang . Tetes selanjutnya jatuh bersama kertas-kertas liputan, wajah-wajah narasumber, bunyi keyboard ditekan cepat-cepat, deadline berita, ruang pemancar, omelan-omelan redaktur, kota Brebes, orang-orang berkerumun sampai larut malam, suara tawa, puntung rokok, botol-botol air mineral, sorot lampu panggung, drum yang dipukul keras-keras dari sound gantung, pelukan, mata-mata lelah dan seporsi nasi goreng mengepul.




Januari kemaren mungkin  jadi bulan ternangis gue, tangis melepas segala kegiatan yang bikin gue kehilangan waktu untuk beberapa hobi gue, membuat gue memberikan waktu seadanya untuk kuliah dan istirahat, dan gue rasa temen-temen gue yang lain pun begitu. Bulan itu mata mereka lebih gampang bengap, tangis mereka gampang pecah, dari anak yang paling lemah sampai yang paling kuat semua merasakan sesak yang sama, gumpalan perasaan yang merangsek keluar luluh lewat air mata, isak tangis dan pelukan.




Gak terbayangkan gue sampai di sini, awalnya gue kira tempat itu penjara bahkan miniatur neraka. Ekspektasi menyenangkan seketika bubar jalan pada bulan-bulan pertama. Yang gue tau dulu terpaksa melakukan semuanya, pontang-panting  tunggang-langgang nyari berita, nahan kesel sampai kusut, merapal sumpah serapah, sampai lelah, susah payah hingga akrab dengan serak dan batuk parah. Kalau dari dulu dibolehkan menyerah, mungkin gue sudah.


Nahasnya, gue gak sendiri terjerembap dalam pintu gerbang neraka ini, gue dan 25 teman lainnya harus bahu-membahu menyelamatkan diri agar tidak terbawa longsor sampai ke dasar. Kalau tadi gue bilang nahas, sekarang gue bisa bilang beruntung karena pernah segerbang neraka dengan mereka. Orang-orang yang literally baru buat dan gue, dan berhasil menjadi alasan gue tidak menyerah dan bertahan sampai Januari kemarin. Dari mereka gue kenal rumah tempat gue pulang, memulangkan gelisah, rasa lelah, dan juga cinta. Kalau boleh ditukar rasanya gue gak tega, kecuali tukar tambah ya bisa diatur lah~


Setahun berlalu, gue kira akan makin mudah menyelamatkan diri tergelincir dari longsoran neraka. Nyatanya yang gue rasa makin berat, karena bukan lagi menyelamatkan diri dan 24 teman lainnya, kami juga harus membantu teman-teman baru yang tergelincir di tempat yang sama. Kayanya gua terlalu banyak pake pengandaian dah ini dari tadi anjeeeng pasti lo semua bingung!!

Pokoknya,

Tahun kedua saat gue udah gak jadi reporter lagi,  saat setiap hari ngeblog tapi bukan di sini, hidup gue makin berwarna.  Yang awalnya merah, putih, sesekali bercampur, biru kini mulai kelabu, kelabu, kelabu, keruh, kelabu dah itu dah setahun. Setiap minggu gue jadi terlatih buat combo jutek, dan marah-marah, gak kurang gak lebih gue gitu karena gue sayang, gue peduli dan mau mereka baik-baik saja alias brengsek aja memang mereka, gampang banget bikin orang naik darah!! Bahkan tahun 2018 kemaren gue sama sekali gak memposting apapun di blog ini tidak lain dan tidak bukan karena kerjaan luar biasa di sana!! lagi-lagi mereka yang bikin pulang kampung gue ketahan-tahan karena RDK cuma libur H-7 dan H+7 Lebaran persis kaya orang kantoran, sekalinya liburan semester panjang banyak bener acara yang harus diurus. Sesekali jadi alasan gue ketahan di Ciputat saat weekend atau penyebab gue bolos kelas karena harus siaran, liputan, atau emang gue nya aja pemales.




Dibalik segala kerumitan hidup yang gue alami dua tahun ini, sejujurnya gue bersyukur pernah berada di sana bareng mereka. Dari mereka gue belajar dan menemui banyak hal, banyak moment yang tak sengaja terjadi dan menciptakan bunga-bunga kenangan yang sesekali menghangat. Mungkin bukan pertama kalinya buat membimbing atau jadi teman buat adik-adik yang setahun atau dua tahun di bawah gue, pengalam dari SMA mengajarkan banyak. Tapi di sini gue ketemu temen-temen reporter yang sangat mengesalkan menggemaskan untuk diajak diskusi dan belajar banyak hal bersama. Kalo ada wali sangga terbaik lagi di sini, gue sih yakin bisa menang lagi hehehe.


Bagi gue mereka bukan sekadar teman satu organiasi, bahkan boleh dibilang kita kehilangan rasa ragu buat cerita soal hal yang sifatnya sangat 'pribadi' sekalipun. Selain mengenalkan arti pulang dan menjadi 'rumah' mereka kerap melahirkan ketakutan-ketakuan untuk gue saat ini. Gue dihantui rasa takut kehilangan alasan buat ngumpul bareng mereka selepas dari RDK, atau kehilangan alasan untuk sekadar chat random atau mencari alasan untuk bersumpah serapah. Karena gue pasti akan selalu kangen sama bercandaan mereka, bubble demi bubble pesan ngajak makan, obrolan ngelantur sampai dini hari, curhatan berbagai masalah, karaoke, langkah berbondong sholat maghrib saat break rapat, terror untuk hadir rapat dan siaran, trip dari gedung satu ke gedung lainnya di ibu kota jadi penonton bayaran, wacana-wacana bodoh, rencana-rencana goblog, foto-foto aib, chat marah-marah, ketawa mereka, pokoknya semuanya yang berhubungan dengan mereka.




Terimakasih RDK sudah mempertemukan gue dengan orang-orang menyenangkan di dalamnya,
Terimakasih untuk memperkenalkan gue dengan hal-hal baru,
Terimakasih buat temen-temen yang berengsek bikin tingkat mellow gue meningkat dari 2015 lalu,
Terimakasih untuk tidak menyerah sampai habis masa kepengurusan,
Terimakasih untuk melakukan hal-hal baik dan kerja kerasnya,

Terimakasih telah menjadi tempat kembali atas rasa lelah dan cinta.







Hi blog, I'm Back!!










Komentar

  1. Sebegitu mengerikannya apa, Bah, sampai bawa-bawa neraka? Hahaha. Tapi kayaknya gue paham deh setelah sempet mencicipi kerja di media. Kalau lihat dari keluhan di cerita ini, mungkin nanti lu pas kerja di media enggak akan kaget lagi. Baru kelar meeting, wawancara, dsb. pada tengah malam dan belum sempet tidur, terus keinget harus setor hasil liputannya besok pagi. Mau enggak mau, cuma bisa begadang dan selesaikan tugas itu. Kadang berengsek banget rasanya. Tubuh enggak ada istirahatnya. Wqwq.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang semengerikan ituh bang asli dah, sampe yang setiap hari sambat offline. Wkwkwk aamiin dah semoga struggle nya terlatih di sini, dan memang iya sih GAK ADA ISTIRAHATNYA!

      Hapus
  2. Dengkul lemes baca ini, untung lagi diatas kasur. Come back ter the best! Ditunggu lho tulisan2 selanjutnya,������������������

    BalasHapus
    Balasan
    1. KAN UDAH GUA KATA JANGAN BACA. SEMUA UMAT BOLEH BACA KECUALI ANDA!!

      Hapus
  3. Gua bacanya nangis dong wkwk
    Cengeng bet emng yaaaa...
    Lu keren ka pokonya ngga salah jdi debar
    Krna cman lu doang yg bisa bikin fajan nangis lewat bisikan wkwk
    ❤️❤️❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dih cengeng!!
      iyalah Siddiq sama Fajan langsung luruh air matanya udah

      Hapus
  4. rdk mengenalkan adb pada segan wak menghitung hari detik demi detik

    BalasHapus
  5. Dulu sempat dikira seperti tak akan menerima apa-apa dan jadi sengsara. Namun, pada akhirnya itu malah menjadi sesuatu yang tidak ingin ditinggalkan, itu karena kita sudah menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa bener bangeet udah pait aja di awal bawaannya. Eh ternyata benar kata Allah, apa-apa yang tulus akan berbuah manis :)

      Hapus
  6. kyaaa InsyaAllah doakan ini tida sekadar wacana!!

    hyaa gimana dong Adibah orangnya kan serius banget :((

    BalasHapus
  7. Dateng-dateng langsung bikin tulisan seemosional ini :( gak sopan

    Yok selamat kembali jadi blogger

    BalasHapus
  8. jangan bilang kembali kalo ntar ergi lagi. ehehehe.

    Setiap orang pasti pernah mengalami keadaan terberat dalam hidupnya, ya. dan sebenernya keadaan itu yang bikin hidup jadi berwana, gak monoton gitu..

    yasudah, selamat kembali!!

    BalasHapus
  9. salam kunjungan dan follow sini ya :)

    BalasHapus
  10. Wah, coba dong kumpul2 terus didokumentasiin. Pasti orangnya rusuh-rusuh tuh anak radio. :p

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dunia (tidak) Baik-baik Saja

Au ah Malez

Kakak Beradik